Setiap mengajar materi GNSS (Global Navigation Satellite System), saya sering berseloroh tentang peluang bisnis sebagai "pemulung satelit".
Candaan saya sebenarnya adalah keprihatinan tentang kondisi antariksa. Apalagi tadi pagi di timeline Instagram melintas berita tentang Starlink--milik Elon Musk--telah menempatkan sekitar 3.000 satelit ke luar angkasa sejak 2018. Pada akhirnya mereka mungkin akan menggunakan 10.000 atau 12.000 satelit. Padahal--bisa jadi--separuhnya adalah satelit tidak aktif yang merupakan sampah antariksa.
Candaan saya sebenarnya adalah keprihatinan tentang kondisi antariksa. Apalagi tadi pagi di timeline Instagram melintas berita tentang Starlink--milik Elon Musk--telah menempatkan sekitar 3.000 satelit ke luar angkasa sejak 2018. Pada akhirnya mereka mungkin akan menggunakan 10.000 atau 12.000 satelit. Padahal--bisa jadi--separuhnya adalah satelit tidak aktif yang merupakan sampah antariksa.
Sumber: nationalgeographic.grid.id |
Pada foto tergambarkan satelit yang rusak, bagian roket bekas, dan sampah lainnya — bahkan sarung tangan astronot — mencemari lingkungan dekat ruang angkasa.
Menurut yang diberitakan Nationalgeographic.co.id:
"7 astronaut yang berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional terbangun dari tidur mereka. Ada berita yang tidak diinginkan pada pagi hari, 15 November 2021. NASA khawatir. Stasiun itu meluncur langsung ke area berbahaya yang tiba-tiba dipenuhi sampah. Tabrakan dapat merusak pesawat ruang angkasa. Dan itu bisa mengancam keselamatan semua orang di dalam. NASA memperingatkan para astronaut untuk berlindung.
Para astronaut menutup palka di antara bagian-bagian ISS dan naik ke kapal pelarian. Kemudian mereka menunggu. Untungnya, mereka transit di daerah itu tanpa kecelakaan. Semua aman.
Tak lama, sumber dari semua puing itu akan terungkap. Sebelumnya pada hari itu, pemerintah Rusia telah meluncurkan roket untuk meledakkan satelit. Satelit itu tidak berfungsi sejak 1980-an. Peluncuran ini sedang menguji teknologi rudal baru.
Sementara rudal melakukan tugasnya, ledakan itu menciptakan "ladang puing." Satelit yang hancur menghujani ruang angkasa dengan sekitar 1.500 keping sampah yang cukup besar untuk dilihat dan dilacak dengan teleskop. Itu juga menghasilkan ratusan ribu potongan yang lebih kecil. Bahkan sepotong kecil bisa membuat lubang di bagian luar ISS. Dan ancaman dari satelit yang satu ini bisa bertahan selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun."
Saya membayangkan kondisi luar angkasa yang semakin berantakan, dan itu merupakan potensi ancaman untuk kehidupan di bumi.
Dan berita yang masih hangat seperti yang diberitakan Liputan6.com:
"Sampah antariksa yang melintasi langit Pulau Sumatra bagian selatan dan Pulau Kalimantan sempat menggegerkan dalam beberapa hari terakhir. Terutama, warganet yang ramai mengomentari sejumlah unggahan foto maupun video terkait jatuhnya puing orbital atau populer disebut sampah antariksa tersebut.
Pada awalnya, warganet dibikin heboh lantaran mengira sebagai serombongan UFO atau unidentified flying object alias benda terbang aneh. Mereka heran karena ada benda asing yang terbang dengan sangat cepat di langit.
Dalam sejumlah video yang beredar di media sosial atau medsos, perekam dan sejumlah rekannya tak paham dengan benda asing tersebut. Mereka hanya bisa merekam dan takjub, namun sekaligus khawatir. Bahkan, ada yang menyebut bak film Independence Day. Film yang berkisah mengenai serangan alien ke muka Bumi.
Adapun Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengonfirmasi benda asing itu sebagai sampah antariksa China. "Sampah antariksa CZ5B, roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa RRT (China) diprakirakan jatuh malam ini, 30-31 Juli 2022," demikian pesan singkat yang dikirim peneliti senior BRIN Thomas Djamaluddin, Sabtu 30 Juli 2022.
Selanjutnya, mengutip brin.go.id, lembaga tersebut menjelaskan telah terpantau sebuah roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa milik China jatuh di Samudera Hindia. Peristiwa tersebut terjadi pada 30 Juli 2022, pukul 23.45 WIB.
Ternyata, puing orbital diyakini bagian dari roket Long March 5B milik China itu juga dilaporkan jatuh di Sanggau, Kalimantan Barat atau Kalbar. Sejumlah warga Desa Pengadang, Kabupaten Sanggau, mengaku mendengar suara dentuman di langit, kemudian merasakan getaran di rumahnya. Pengakuan warga juga dibenarkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Sanggau, Siron."
Akhirnya, marilah kita berhitung betapa banyaknya potensi sampah antariksa yang akan terjadi.
Selain Starlink--sebagai orang geodesi--kita paham bahwa satelit-satelit navigasi juga cukup banyak beredar di ruang angkasa a.l.: GPS, Galileo, Beidou, GLONNAS dsb.
Tulisan ini sebagai reminder untuk diri saya pribadi.